Langsung ke konten utama

Postingan

Tentang Negeri Sejuta Mimpi #edisi17an

Assalamualaikum :D Dirgahayu Indonesia yang ke-69!!!! Meski sudah 69 tahun, semoga semangat kita tetap seperti layaknya pejuang '45 yaaa :) Amiin. Entah mengapa, gara-gara film Adriana yang pernah tayang di salah satu stasiun TV swasta, aku jadi jatuh cinta sama genre novel baru. Fiction History . Sebuah genre yang menggabungkan kisah fiksi dengan kenyataan sejarah yang terjadi. Akibatnya pula, aku jadi bela-belain beli novel Adriana yang asli. Bahkan covernya pun masih yang cetakan 2010.  Pelan-pelan aku baca kisah itu. Aku coba pelajari sejarah ibu kota yang terangkum secara jelas di novel itu. Alhamdulillah...novel itu sukses membuka rasa nasionalisku. Meski tak sepenuhnya, tapi kini aku sadar ternyata nasionalisme itu sangat penting bagi pelajar sepertiku. Bahkan bagian yang paling seru dalam novel tersebut aku baca tepat saat malam tirakatan. Secara aku bukan warga yang baik, aku memilih berkeliling Jogja dan membaca novel ketimbang duduk bersila mendengarkan pidat...

Ini Dunia Baruku

Buka dan baca-baca jarsos (jeJARing SOSial), ada banyak TL dari teman-teman jaman sekolah menengah pertama. Ada yang  nulis keadaannya sekarang atau conversation sama kakak kelas. Tapi ada 1 hal yang menahanku. Mereka meski beda sekolah tetep komunikasi satu sama lain. Bahkan lebih akrab ketimbang pas SMP dulu. Kok bisa ya? Padahal mereka udah misah-misah gitu. Aku gimana? Aku lebih memilih untuk mengabaikan hal-hal itu. Aku memilih untuk menjauhkan diri dari hal-hal jaman SMP. Hal-hal yang terkadang membuat sesak dada hingga wajahku menjadi merah padam karena kesal. Mungkin masalah ini sudah aku bahas di post-post sebelumnya, tapi memang begini keadaannya sih. Ketika sebuah kenangan hanya menjadi selembar kertas usang yang rapuh, maka itulah titik puncak dimana kenangan itu akan benar-benar terlupakan. Hanya saja kenangan ini terpatri di otak, bukan di selembar kertas usang. Kenangan ini menjadi cobaan hidupku yang diberikan Allah. Cobaan apakah aku akan menjadi seorang p...

Putih Abu-Abuku

Menjelma menjadi sosokku yang baru dari sebelumnya. Kini akhirnya aku bisa menapaki hari-hari sebagai bocah berseragam putih abu-abu. Awal yang buruk menghadang ketika aku masuk masa ini. Jujur, aku kurang ikhlas menerima takdirku di sini, SMA 11 ini.  Hanya terus-terusan merutuk diri dan menyesali keadaan yang lalu. Hidupku tak maju, hanya berhenti di situ. Ku merasa semua yang kulakukan dulu tak ada gunanya, hanya sampai di sini saja semangatku. Hingga kutemukan wajah-wajah itu. Seribu wajah penuh ekspresi yang mengubah hidup putih abu-abuku...selamanya. Kembali kuingat masa lalu, ketika tak ada orang yang mau duduk di sampingku. Namun kini berbeda, mereka berbeda dari orang-orang yang dulu. Dengan tangan terbuka mereka menyambutku hangat, penuh senyuman dan keramahan. Awalnya kuragu untuk menyambutnya, tapi keraguan itu hilang seketika. Kenapa? Mereka terlalu polos dan jujur dalam menunjukkan jati diri mereka. Mereka tak pernah menutupi diri mereka yang asli. Itulah yan...

Memori Tiga Puluh Persen

SMP? Masa indah atau buruk ya? Menurut kalian? Kalau kata botak sih, itu masa paling menyenangkan baginya. Iya percaya, yang kelasnya KOMPAK. Lha kelasku? Kompak? Gak. Great? NO! (mungkin ini hanya pendapatku). Selama SMP aku sukses dikasih ujian mental sama Allah. Pertama, saat masuk SMP Bapak di PHK dari kerjaannya di Darwin. Lalu aku harus bohong sama temen-temen tentang nama SD karena waktu aku sebut namanya ada yang ngetawain dengan nada mengejek bahkan merendahkan banget. Apa yang salah dengan nama SD Jurugentong? Iya, tau SD ku yang tau cuma orang-orang dari Dusun Tegal Tandan doang, so what? Aku baru nyadar kalau pas SMP aku begitu pengecut dan suck banget. Nggak pernah mau nantang dan hanya diam untuk cari aman. Tolol kan. Kedua, aku dapat big problem karena the special one. Setelah berhasil meraih penghargaan cewek tercupu dan gak punya temen, masalahpun selesai. Tapi cap beberapa orang bahwa aku cupu dan freak tetep gak ilang (may be). Kalau diingat-ingat, aku ngeras...

Dia yang Sama

Tes tes tes Hujannya turun lagi Deras dan semakin deras Terdudukku di bawah cahaya temaram Tak jelas barang siapa yang lewat Hingga jaket hitam-merah itu datang Menahanku dan membekukanku Bisu...... Dia lewat begitu saja Tanpa kata dan mata Wajahnya masih sama Sama seperti sedia kala Gerak-geriknya juga demikian Masih seperti yang aku suka R.I

Hujan pun Tahu

Kalau kata Adi, "Langit pun tau." Tapi kataku untuk keadaan saat ini tu, "Hujan pun tau." Ya, hujan pun tau kalau kita semua mati-matian dan bela-belain latian demi mencapai hasil yang maksimal. Banyak banget kejadian buruk yang terjadi. Mulai dari telat daftar dan surat pendaftaran yang terus-menerus disalahkan oleh pihak-pihak berwajib, hingga kecelakaan yang menimpa beberapa dari kami. Lalu apa yang kami dapatkan dari semua pengorbanan itu? Nothing! Like Taylor Swift said that we were never ever ever getting "THAT" together. (tak ganti ya liriknya :P) Di saat yang sama, hujan turun semakin deras dan deras. Seperti hati kami yang juga menangis karena kekalahan ini. Terlalu banyak pengorbanan yang kami berikan, hingga menjatuhkan semua nilai di bidang akademik kami. Perlu sebesar apa lagi hingga kami bisa mendapatkan apa yang kami inginkan? Apakah kami harus membangkang dari nasihat orang tua kami yang sudah jenuh memerintahkan kami KELUAR da...

Harapan Baruku

Suatu ketika, kulihat segilima kenangan di atas mejaku. Sempat kubiarkan itu, tapi akhirnya aku penasaran juga. Perlahan kubuka dan kuputar satu demi satu kenangan itu. Video, foto, dan sejuta ekspresi dari wajah yang berbeda mampu membuatku tergelak bahagia. Aku tersenyum sejenak, tatkala kulihat wajah tak asing yang dulu sempat singgah sejenak dipikiranku. Lucu juga kalau kuingat-ingat lagi kejadian aneh dan abstrak itu. Sekarang kami sudah berpisah. Berpisah untuk setahun saja sih. Awalnya kecewa, karena ATENA bener-bener dipisah gak jelas dan jauh-jauh. Sedangkan kelas lain bisa sekelas. Kagol juga -_-. Namun lambat laun kami mulai menerima keadaan ini. Toh, ternyata gak seburuk yang dikira. Setidaknya dengan misah seperti ini, aku bisa perlahan menghilangkan rasa ke "you-know-who". Karena salah satu kunci ngilangin rasa "piiiippp" (gak mau nyebut apa itu) adalah dengan tidak bertemu dalam tempo yang sering, kekekekeke. Aku hanya berharap..... ...