Langsung ke konten utama

Memori Tiga Puluh Persen


SMP? Masa indah atau buruk ya? Menurut kalian? Kalau kata botak sih, itu masa paling menyenangkan baginya. Iya percaya, yang kelasnya KOMPAK. Lha kelasku? Kompak? Gak. Great? NO! (mungkin ini hanya pendapatku).

Selama SMP aku sukses dikasih ujian mental sama Allah. Pertama, saat masuk SMP Bapak di PHK dari kerjaannya di Darwin. Lalu aku harus bohong sama temen-temen tentang nama SD karena waktu aku sebut namanya ada yang ngetawain dengan nada mengejek bahkan merendahkan banget. Apa yang salah dengan nama SD Jurugentong? Iya, tau SD ku yang tau cuma orang-orang dari Dusun Tegal Tandan doang, so what? Aku baru nyadar kalau pas SMP aku begitu pengecut dan suck banget. Nggak pernah mau nantang dan hanya diam untuk cari aman. Tolol kan.
Kedua, aku dapat big problem karena the special one. Setelah berhasil meraih penghargaan cewek tercupu dan gak punya temen, masalahpun selesai. Tapi cap beberapa orang bahwa aku cupu dan freak tetep gak ilang (may be). Kalau diingat-ingat, aku ngerasa ada di posisinya Naufal. Untungnya aku mau berubah. Jadi, aku dapet temen terbaik dan terhebat kayak DYAH UTARI HASTRARINI, DEA ANNISA AYU BESARI, NIKEN KEMBANGRARAS DESTI TENAYA, dan KATYA DARA OZZIELENDA S. (Famitta Azzakhusna belum masuk :P).

Mereka yang bikin aku berubah dan bikin masa-masa SMP ku lebih berwarna. Mereka selalu ngertiin keadaanku yang lumayan susah dan selalu kasih semangat. Apalagi Uterr. Dia kayak malaikat penolong bagiku. Kebaikannya sama aku udah gak keitung lagi. Dialah the best of the best friend that I've ever had. Padahal big problem yang aku bikin itu adalah masa-masa aku sama Uterr ribut besar. Tapi justru itu yang bikin aku ama dia punya feel yang sama. INGAT! Benci itu awal dari sayang. Sayang sebagai sahabat tentunya :)

Satu hal lagi yang bikin masa SMP ku berwarna pink. RI (you-know-who). Kalau nggak ada tu anak, nggak mungkin aku ngerasain hal-hal indah ala anak remaja (ceile). DIA! Anak ajaib yang bikin jantungku, "thump thump thump thump......". Sebenernya bukan like at first sight tapi wit teng tresno jalaran seko kulina. Nggak pernah kepikiran buat suka sama tipe orang yang hobinya nge-game dan menghabiskan waktunya untuk nge-game. Bahkan nggak ada kesamaan antara yang kita suka dan nggak kita suka. Beda banget. Lalu apa yang membuatku suka? Suka sampai sekarang? Meskipun ada banyak orang lalu lalang di mata, ada tornado kenceng, dia tetep nancep dan selalu tau-tau muncul kalau aku lagi ngosongin hati alias SELO.

Dia itu, cowok pertama yang nggak menilai kalau aku cewek aneh atau apapun itu. Dia bisa tunjukkan jati diri aslinya di depanku. Dia itu beda dari orang-orang yang aku kenal. Dia terlalu terbuka dan jujur, apa adanya. Tapi itu yang paling aku suka. Untuk dia, aku bener-bener suka bukan karena fisiknya, tapi lebih ke sifatnya, internal appearance that make me like you. Mungkin karena itu dia nancepnya dalem banget. Nggak kayak yang lain, cuma numpang lewat.

Awalnya dia itu menyebalkan, nyebelinnya banget malah. Dia nggak pernah bosen ngirim PV "India FREAK" cuma gara-gara aku pernah bilang lagi liat Shah Rukh Khan. Mending kalau ngirimnya 1 atau 5 kali, ini setiap OL langsung copy-paste ampe 10 kali mungkin. Sampai akhirnya aku diemin dan dia bosen sendiri. Ngakak eh kalau inget masa-masa itu. Tengah malem aku OL cuma pengen chat sama anak satu itu. Lagian, kenapa dia OL tengah malem coba? Seingetku, aku nggak pernah chat panjang ama dia di bawah jam 10 malem. Itulah yang bikin berkesan banget.

Kalau di presentasekan, aku mau membuang 70% kenangan waktu SMP. Soalnya di SMP itu kebanyakan susahnya. Aku musuhan di kelas dalam 3 tahun itu 2 kali, dibenci berkali-kali, dan hal buruk lainnya. Tapi waktu liat wajah sahabat-sahabatku dan RI, mendadak ada semangat dan senyuman dalam diriku. Mereka itu memori 30% yang nggak akan aku lupain. Memori 30% yang paling indah selama aku SMP. Memori manis penuh warna. Nggak ada kata yang bisa diungkapin kalau membayangkan sat-saat bareng mereka. Memori 30% yang selalu ada dan takkan tiada :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad