Langsung ke konten utama

Mengejar Mas-Mas : Perjuangan Masih Berlanjut

Lanjutan dari postingan yang lalu.....

Kamis 7 Oktober 2010,
Awalnya perasaan ini hanya kubiarkan begitu saja. Lama-lama jadi kepikiran mulu. "Aku mau ke SMA 1!" dengan cuek aku bilang kayak gitu di depan Uterr ma Dea. Trus Uterr bilang, "Ngapa e Din?" "Gak tau aku cuma mau kesana aja!" tak jawab gitu. Njuk "Biasanya feeling menandakan sesuatu lo! Coba tak tanyak Fani (temen sd nya Uterr yg se SMA sama Mas-Mas)!" Dan akhirnya gak ada jawaban apa-apa dengan feeling ku hari itu.

Jum'at 8 Oktober 2010,
Sepulang sekolah aku ma Dea berniat cari kado buat Uterr. Kita jalan deh ke Galeria. Hampir satu jam kita kesana kemari dan akhirnya kita pun balik ke sekolah. Sampek sekolah, aku ma Dea berniat mau sholat. Kita jalan ke mushola, tau-tau ada banyak anak tonti. Karena Dea anak tonti yg males, kita balik ke kelas. Tapi nyampe kelas Niken bilang, "Din, ada mas-mas lo!" "Bener po?" aku nanya gak yakin. "Iya din! Sumpah!". Aku langsung lari aja ke lapangan basket.

Awalnya aku gak liat DIA, malahan mas-mas yang dibilang Niken tak kira Mas Aziz tonti. Lagi kesel karna dibo'ongin, Dea dateng, "Mana e Din?" "Gak tau, ada juga mas Aziz." jawabku kesel. Eh, lagi tingak-tinguk kanan kiri tiba-tiba DIA nongol, tuink! Aku kaget, seneng, deg deg-an, dan banyak perasaan yang nyampur aduk deh. Sumpah!!! Itu emang si Mas-Mas.

Aku sempet gak percaya. Malah bertanya-tanya, 'Apa ini meksud feelingku yang kemaren?' Eh, tau-tau Dea ngomong ."Feeling mu kuat ya Din?" Jujur, mendadak kakiku lemes. Emang mungkin menurut sebagian orang ini alay. Tapi terserahlah, ini emang yang aku rasain kemaren.

Akhirnya aku harus buru-buru sholat karena kepepet mau les. Dalam hati aku ngedumel, 'Wah, aku gak bisa liat dia lama-lama nih!' Abis sholat, di bawah DIA lagi duduk di depan mushola. Aku yang harus buru-buru cuma bisa lewat gitu aja. Aku pun kecewa....

Walau hanya beberapa menit aku ngeliat DIA tapi rasa seneng nya kebawa ampe hari besoknya. Uterr bilang hari ini aku keliatan sumringah gitu. Ya iyalah, aku seneng. Selain karena ketemu DIA, aku juga bakal jadi PMR buat besok pengukuhan tonti. Aku cuma berharap DIA dateng pada saat itu. Karena aku sayang sama DIA....

"Tahukah engkau wahai langit. Aku ingin bertemu membelai wajahnya. Kan ku pasang hiasan angkasa yang terindah. Hanya untuk dirinya.
Lagu rindu ini kuciptakan. Hanya untuk dia di hatiku tercinta. Walau hanya nada sederhana.Ijinkan ku ungkap segenap rasa dan kerinduan."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad