Langsung ke konten utama

Postingan

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad
Postingan terbaru

Mari Dilanjutkan

Long time no see~  Tulisan di blog ini memang sempat terhenti di hari ke dua ratus sekian. Kebiasaan!! Tidak pernah menyelesaikan hal yang sudah dimulai. Bisa dibilang memang aku tipikal yang tidak konsisten sih. Yasudah. Semoga lekas membaik haha. Anyway, entah bagaimana harus mengawali tulisan kali ini. Sedikit canggung dan kaku. Ternyata kebiasaan membaca sangat mempengaruhi cara bercerita ya :((. Akibat sudah jarang membaca, aku jadi agak kikuk ketika berusaha mengungkapkan perasaan lewat tulisan.  Mari kita mulai dengan alasan "Kenapa nulis lagi?" dengan konteks menulis di blog sepi pengunjung ini. Kenapa ya? Sepertinya karena mimpi beberapa waktu lalu dan sedikit gangguan yang tiba-tiba masuk ke alam bawah sadar (semoga paham). Mimpi yang tiba-tiba membuatku terhenyak itu akhirnya mengantar jemari ini untuk menggali masa lalu dengan lebih dalam. Membaca setiap huruf cerita masa lalu yang banyak membuatku geli sendiri. Percayalah aku pernah sangat-sangat berlebihan pada

Hari Kedua Ratus Dua Puluh Delapan: Hi!

Jika mungkin memang tidak ada jalan dari Tuhan untuk kita bertemu, setidaknya aku sudah sempat menyampaikan hal-hal yang ingin kuucapkan kepada dia. Meski hanya melalui tulisan yang tidak jelas juga siapa saja yang membaca. Hi! Lama gak ketemu ya. Gak lama banget sih, taun lalu sempet sekilas bersapa di event dekat rumah. Masih suka bercanda kayak dulu gak? Atau malah udah ada target lain buat diisengin? Jangan sering-sering, kasian kalo targetnya jatuh suka. Kenapa waktu itu tiba-tiba ilang? Aku ada salah kah? Maaf ya kalo pas itu ada salah kata atau jawaban yang tidak menyenangkan. Tapi kalo bukan karena itu... ya maaf aja. Mungkin ada salah yang lain hehe. Apa kabar? Kelihatannya baik sih, bahkan sangat baik. Seneng banget liat kamu kalo update story. Yah lumayan lah bisa tau kamu lagi di mana dan lagi ngapain. Sounds like stalker ya? hahaha. Besok-besok gak aku ulangin deh. Gimana ibu kota? Better than Jogja? Pengen deh denger cerita kamu selama di sana ngapain aja. Adaptasinya gim

Hari Kedua Ratus Dua Puluh Tujuh: Aku Iri

Apakah menjadi seseorang itu selalu berakhir dengan memiliki pekerjaan tetap? Memiliki keluarga lengkap? Berkecukupan? Memiliki prestasi gemilang? Apakah semua pengakuan manusia di dunia itu adalah sebuah standar dalam menjalani kehidupan? Harta, tahta, pengakuan manusia. Definisi sedang diuji habis-habisan oleh Tuhan. Isi kepalaku sebenarnya sederhana, hanya berputar di hal-hal duniawi. Lalu berakhir dengan menyalahkan diri sendiri sebagai penenang sesaat. Karena pada dasarnya memang tidak ada yang bisa disalahkan juga. Pelampiasan dahaga dari emosi yang tak kunjung usai. Anggap saja begitu. Sebenarnya membuka akun utama di IG itu seperti bunuh diri secara perlahan. Bagaimana tidak? Semua yang terpampang adalah pencapaian manusia di dunia. Keadaan terbaik mereka selama menjalani hidup. Tanpa tahu bagaimana sulitnya mereka mencapai kebahagiaan tersebut. Lagi-lagi aku tidak bisa memvalidasi kekesalanku karena selalu terpaku dengan, "Setiap manusia memiliki medan perangnya sendiri.&

Hari Kedua Ratus Dua Puluh Enam: Esensi Menerima

Bersyukurlah kalian yang bisa berangkat pagi meski harus bermacet-macetan di jalan atau berdesakan di stasiun KRL. Karena di sisi lain ada manusia yang sangat berharap bisa bangun pagi dan ikut merasakan hiruk pikuk aktivitas para pekerja. Bersyukurlah kalian yang masih bisa merasakan lelahnya berkerja, dimarahi atasan, dan segala kekesalannya demi mendapatkan upah di akhir bulan. Karena di luar sana masih banyak manusia yang sangat ingin pamer status whatsapp betapa sibuknya hari ini, berapa banyak lembar yang sudah dikerjakan, dan menikmati momen dimarahi atasan. Bersyukurlah kalian yang masih diberi tenaga dan napas untuk mengutarakan emosi, sedih, marah, bahagia, takut, dan cemas. Karena di luar sana masih ada manusia yang bingung mencari alasan untuk bisa merasakan emosi-emosi tersebut. Sebulan, dua bulan, mungkin tidak terasa. Tapi sudah hampir setahun dan aku mulai merasakan kebingungan yang tak kunjung usai. Ada saja yang menjadi topik kebingunganku. Sayang, semuanya terasa ti

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Hari Kedua Ratus Sembilan Belas: Sisa Tiga

Empat Agustus 2023, tak usah ditanya bagaimana kabarku, yang jelas buruk. Bukan tanpa alasan kekecewaan besar ini hadir, bisa-bisanya yang aku perjuangkan sekian lama malah berakhir dengan sebuah kalimat, "Terindikasi Curang." Bagaimana bisa? Mengingat ini adalah akal-akalan pejabat negara, aku tidak bisa berbuat banyak. Dimintai kejelasan pun pihak informasi hanya bisa menjawab ala kadarnya. Fuck .  Selamat datang kembali di kegagalan lainnya. Rasanya lelah, frustasi, dan depresi. Harus kemana dan bagaimana lagi? Harus menangis seperti apa lagi? Sepanjang tahun ini aku sudah menangis, apa masih kurang? Berbagai hal yang mengusik terus berkelebat di kepalaku dan rasanya mau pecah. Karir, orangtua, cinta, umur, dan segala hal duniawi tidak bisa kugapai. Buntu. Aku benci hidupku. Satu. Tiba-tiba yang kukesali kemarin mengirimkan potongan ucapan Jaemin sembari berkata, "Semangat. Nanti aku bantu share loker lagi. Masih ada yang lain." Kali ini rasanya berbeda, bukan ra