Apakah menjadi seseorang itu selalu berakhir dengan memiliki pekerjaan tetap? Memiliki keluarga lengkap? Berkecukupan? Memiliki prestasi gemilang? Apakah semua pengakuan manusia di dunia itu adalah sebuah standar dalam menjalani kehidupan?
Harta, tahta, pengakuan manusia.
Definisi sedang diuji habis-habisan oleh Tuhan. Isi kepalaku sebenarnya sederhana, hanya berputar di hal-hal duniawi. Lalu berakhir dengan menyalahkan diri sendiri sebagai penenang sesaat. Karena pada dasarnya memang tidak ada yang bisa disalahkan juga. Pelampiasan dahaga dari emosi yang tak kunjung usai. Anggap saja begitu.
Sebenarnya membuka akun utama di IG itu seperti bunuh diri secara perlahan. Bagaimana tidak? Semua yang terpampang adalah pencapaian manusia di dunia. Keadaan terbaik mereka selama menjalani hidup. Tanpa tahu bagaimana sulitnya mereka mencapai kebahagiaan tersebut. Lagi-lagi aku tidak bisa memvalidasi kekesalanku karena selalu terpaku dengan, "Setiap manusia memiliki medan perangnya sendiri." Yang kemudian salah satu derivatnya berupa penerimaan bahwa pencapaian yang disampaikan melalui media sosial itu pasti dilalui dengan tidak mudah. Alah.. bahasa mudah dari paragraf panjang ini adalah, "Aku iri."
Komentar
Posting Komentar