Langsung ke konten utama

Mari Dilanjutkan

Long time no see~ 

Tulisan di blog ini memang sempat terhenti di hari ke dua ratus sekian. Kebiasaan!! Tidak pernah menyelesaikan hal yang sudah dimulai. Bisa dibilang memang aku tipikal yang tidak konsisten sih. Yasudah. Semoga lekas membaik haha.

Anyway, entah bagaimana harus mengawali tulisan kali ini. Sedikit canggung dan kaku. Ternyata kebiasaan membaca sangat mempengaruhi cara bercerita ya :((. Akibat sudah jarang membaca, aku jadi agak kikuk ketika berusaha mengungkapkan perasaan lewat tulisan. 

Mari kita mulai dengan alasan "Kenapa nulis lagi?" dengan konteks menulis di blog sepi pengunjung ini. Kenapa ya? Sepertinya karena mimpi beberapa waktu lalu dan sedikit gangguan yang tiba-tiba masuk ke alam bawah sadar (semoga paham). Mimpi yang tiba-tiba membuatku terhenyak itu akhirnya mengantar jemari ini untuk menggali masa lalu dengan lebih dalam. Membaca setiap huruf cerita masa lalu yang banyak membuatku geli sendiri. Percayalah aku pernah sangat-sangat berlebihan pada masa jahiliyah. Meskipun begitu, rasa geli yang timbul juga diiringi dengan momen-momen semanis gula. Mungkin jika tidak aku tuliskan, aku sendiri lupa pernah mengalami hal-hal indah itu. 

Momen ketika perasaanku menjadi bersemangat dengan wajah sumringah dari kenangan-kenangan itu, membuatku ingin kembali menulis setiap momen yang ada. Rasanya sudah sangat lama aku tidak mendeskripsikan perasaanku segamblang dulu. Rasanya aku banyak melewatkan cerita penuh huhru hara di 2019 akhir hingga 2022. Bagaimana bisa dua tahun itu rasanya berlalu bagai kilat? Sedikit menyesal karena tidak banyak kenangan yang bisa kuingat di tahun-tahun itu.

That is why, aku mau kembali menulis isi hatiku mulai hari ini. Yaah, tidak muluk-muluk harus konsisten sih. At least dalam sebulan ada beberapa postingan baru. Hopefully. Semoga bisa terlaksana yah. Udah deh. Sekian dulu pembukaannya. Semoga besok atau lusa ada hal manis yang bisa diceritakan. Bye~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me...

Menghitung Bintang

Seperti kembali menghitung ribuan bintang di langit. Lupa sudah berapa banyak bintang yang terhitung. Akhirnya kembali menghitung semua bintang itu dari awal. Masih sama seperti dulu, ketika mulut tak mampu berbicara, mata hanya mampu memandang, dan hati hanya terus berharap dalam diam. Ketika semua sudah terjadi dan terlanjur, mungkin tertawa hambar bisa jadi penghibur lara meski hanya sesaat.  Adakah kantung besar untuk menampung semua bintang-bintang yang sudah kuhitung? Agar aku tak perlu lelah untuk kembali menghitungnya dari awal ketika aku lupa. Karena dengan begitu, ketika ada orang bertanya, "Berapa banyak bintang yang sudah kau hitung?" Aku akan dengan yakin menjawab, "Sudah banyak." Karena kantung yang kukumpulkan juga sudah banyak, bahkan sangat banyak. Terlalu banyak sudah bintang yang kuhitung. Entah sudah berapa banyak juga aku mengulang hitungan tersebut. Sekali lagi, aku hanya butuh kantung untuk bintang-bintangku. Mungkin jika memang ada k...

Tentang Negeri Sejuta Mimpi #edisi17an

Assalamualaikum :D Dirgahayu Indonesia yang ke-69!!!! Meski sudah 69 tahun, semoga semangat kita tetap seperti layaknya pejuang '45 yaaa :) Amiin. Entah mengapa, gara-gara film Adriana yang pernah tayang di salah satu stasiun TV swasta, aku jadi jatuh cinta sama genre novel baru. Fiction History . Sebuah genre yang menggabungkan kisah fiksi dengan kenyataan sejarah yang terjadi. Akibatnya pula, aku jadi bela-belain beli novel Adriana yang asli. Bahkan covernya pun masih yang cetakan 2010.  Pelan-pelan aku baca kisah itu. Aku coba pelajari sejarah ibu kota yang terangkum secara jelas di novel itu. Alhamdulillah...novel itu sukses membuka rasa nasionalisku. Meski tak sepenuhnya, tapi kini aku sadar ternyata nasionalisme itu sangat penting bagi pelajar sepertiku. Bahkan bagian yang paling seru dalam novel tersebut aku baca tepat saat malam tirakatan. Secara aku bukan warga yang baik, aku memilih berkeliling Jogja dan membaca novel ketimbang duduk bersila mendengarkan pidat...