Langsung ke konten utama

Hari Kedua Ratus Dua Puluh Delapan: Hi!

Jika mungkin memang tidak ada jalan dari Tuhan untuk kita bertemu, setidaknya aku sudah sempat menyampaikan hal-hal yang ingin kuucapkan kepada dia. Meski hanya melalui tulisan yang tidak jelas juga siapa saja yang membaca.

Hi! Lama gak ketemu ya. Gak lama banget sih, taun lalu sempet sekilas bersapa di event dekat rumah. Masih suka bercanda kayak dulu gak? Atau malah udah ada target lain buat diisengin? Jangan sering-sering, kasian kalo targetnya jatuh suka. Kenapa waktu itu tiba-tiba ilang? Aku ada salah kah? Maaf ya kalo pas itu ada salah kata atau jawaban yang tidak menyenangkan. Tapi kalo bukan karena itu... ya maaf aja. Mungkin ada salah yang lain hehe.

Apa kabar? Kelihatannya baik sih, bahkan sangat baik. Seneng banget liat kamu kalo update story. Yah lumayan lah bisa tau kamu lagi di mana dan lagi ngapain. Sounds like stalker ya? hahaha. Besok-besok gak aku ulangin deh.

Gimana ibu kota? Better than Jogja? Pengen deh denger cerita kamu selama di sana ngapain aja. Adaptasinya gimana, sedihnya, senengnya, semuanya. Eh tapi aku siapa ya? haha. Mungkin kamu udah punya tempat cerita sendiri jadi ngapain juga aku ikut campur kan. Sorry sorry.

Pengen sih bisa kayak dulu, bales-balesan story padahal isinya gak penting. Tapi aku bakal jarang bikin story juga deng. Percuma. Makasih ya. Makasih udah dijadiin target dulu. Entah serius entah cuma buat kesenangan kamu aja atau gimana. Paling gak aku jadi punya cerita lucu dan manis buat dikenang. Makasih yaa udah pernah mampir di hidupku yang warna-warni. Meskipun sebentar tapi aku tetep seneng banget bisa kenal kamu. 

Nyadar gak sih, kalo pertemuan pertama kita terus kenal ampe ngobrol tu rasanya kayak cepet banget. Gak yang rikuh juga dari awal karena karaktermu yang humble dan ramah sih. Padahal aku tipikal yang agak susah buat bisa temenan ama cowok. Yah aku lebih memilih cuek dan bicara seperlunya aja sih. Cuma entah gimana kita sampe DM-DMan gak jelas juga di IG. Bercandaanmu sih kelewatan. Atau aku aja yang lagi baper waktu itu.

Yah... pokoknya, maaf dan makasih deh intinya. Entah mau dibawa kemana cerita ini sama Tuhan, aku pasrah aja. Yang penting aku cuma mau bilang itu ke kamu. Semoga kalau tidak bisa kusampaikan sendiri, biar Tuhan yang sampaikan dalam mimpimu. Cringe ya? hahaha. I am bringing to much emotion sih. Last... maaf karena aku jatuh suka sama kamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me...

Menghitung Bintang

Seperti kembali menghitung ribuan bintang di langit. Lupa sudah berapa banyak bintang yang terhitung. Akhirnya kembali menghitung semua bintang itu dari awal. Masih sama seperti dulu, ketika mulut tak mampu berbicara, mata hanya mampu memandang, dan hati hanya terus berharap dalam diam. Ketika semua sudah terjadi dan terlanjur, mungkin tertawa hambar bisa jadi penghibur lara meski hanya sesaat.  Adakah kantung besar untuk menampung semua bintang-bintang yang sudah kuhitung? Agar aku tak perlu lelah untuk kembali menghitungnya dari awal ketika aku lupa. Karena dengan begitu, ketika ada orang bertanya, "Berapa banyak bintang yang sudah kau hitung?" Aku akan dengan yakin menjawab, "Sudah banyak." Karena kantung yang kukumpulkan juga sudah banyak, bahkan sangat banyak. Terlalu banyak sudah bintang yang kuhitung. Entah sudah berapa banyak juga aku mengulang hitungan tersebut. Sekali lagi, aku hanya butuh kantung untuk bintang-bintangku. Mungkin jika memang ada k...

Tentang Negeri Sejuta Mimpi #edisi17an

Assalamualaikum :D Dirgahayu Indonesia yang ke-69!!!! Meski sudah 69 tahun, semoga semangat kita tetap seperti layaknya pejuang '45 yaaa :) Amiin. Entah mengapa, gara-gara film Adriana yang pernah tayang di salah satu stasiun TV swasta, aku jadi jatuh cinta sama genre novel baru. Fiction History . Sebuah genre yang menggabungkan kisah fiksi dengan kenyataan sejarah yang terjadi. Akibatnya pula, aku jadi bela-belain beli novel Adriana yang asli. Bahkan covernya pun masih yang cetakan 2010.  Pelan-pelan aku baca kisah itu. Aku coba pelajari sejarah ibu kota yang terangkum secara jelas di novel itu. Alhamdulillah...novel itu sukses membuka rasa nasionalisku. Meski tak sepenuhnya, tapi kini aku sadar ternyata nasionalisme itu sangat penting bagi pelajar sepertiku. Bahkan bagian yang paling seru dalam novel tersebut aku baca tepat saat malam tirakatan. Secara aku bukan warga yang baik, aku memilih berkeliling Jogja dan membaca novel ketimbang duduk bersila mendengarkan pidat...