Langsung ke konten utama

Postingan

Intro: Finding Me

"Tok tok tok... Bangun!" "Siapa sih? Ganggu amat!" "Aku Blue.. bangun." "... are you really back?" "May be. Hopefully, I am not disturb you." "No... I miss you :(" "Me too :((" "Kenapa lama baliknya?" "Distraksi berkepanjangan. Sorry Blue. :(" "Okay. Glad to hear you again :)" "Hopefully I can find myself again through you, Blue. I got lost. A lil bit." ":(.. again? I am happy you still looking for me when you lost. Take your time and start to tell me your story. I will always hear you.." "Thank you Blue." "My big pleasure~"  - Rumah, 00:23 -

Nganggur? Bukan. Self Healing kok

"Welcome to the jungle!"  Begitu kata mereka yang sudah terlebih dahulu lulus. Aku tahu betul bagaimana dunia setelah kuliah. Kakakku sempat melewati masa gila itu, bersamaku yang kala itu masih menikmati masa-masa kuliah. Aku tidak peduli. Iya setidak peduli itu aku akan hal yang akan kutemui di depan. Pikirku, setelah lulus ini aku ingin melakukan beberapa hal yang aku sukai. Menganggur? Bukan. Memberikan waktu bagi jiwa dan raga untuk menyembuhkan dirinya. It is a time for healing. That was what I said. Selang beberapa hari setelah wisuda, aku mulai menyusun hal-hal baru yang ingin kulakukan. Sekaligus mencari jalan yang tepat untuk aku lalui. Berdiskusi dengan kawan lama, membaca beberapa buku dan berakhir dengan sebuah keputusan kasar, " Kayaknya mau nerusin sekolah aja. Kalo bisa sih ke luar negeri. " Oke, itu poin pertama. Selanjutnya ada sebuah keinginan kecil yang tahun lalu sempat aku tulis, yaitu " Kembali ke Abu Dhabi. " Ini poin kedua. ...

Lahir Kembali

Sembilan Juli Dua ribu sembilan belas. Akhirnya aku bisa bernapas lega. Memamerkan rasa bahagia bersama teman dan sanak saudara. Hari itu aku dinyatakan lulus sidang skripsi dan siap untuk melangkah menuju wisuda. Pikiranku tak banyak, setidaknya aku sudah melewati fase-fase drama yang cukup lama. Sekitar sembilan bulan aku berkutat dengan dunia Laboratorium hingga tiap malam menangis di kamar. Entah, semua kutangisi, dari sulitnya menemukan metode, variabel, hingga produk yang tak kunjung jadi. Namun, dari semua itu ada sebuah keyakinan kuat bahwa aku pasti akan melaluinya. Entah, selesai menangis aku seperti mendapat keyakinan bahwa sebentar lagi pasti akan terlewati. Benar saja, syukur Alhamdulillah Tuhan memberiku waktu sembilan bulan untuk menyelesaikannya. Bukan sepuluh atau bahkan dua belas bulan. Hanya sembilan bulan, layaknya bayi dalam kandungan. Iya, aku bayi yang baru saja lahir dari rahim Universitas Gadjah Mada. Bayi baru dengan segudang mimpinya.  Selamat dat...

Imajinasi

He said, "Let's get out of this town Drive out of the city, away from the crowds" I thought heaven can't help me now Nothing lasts forever, but this is gonna take me down Seorang gadis dengan gaun biru muda penuh gliter berjalan masuk, kedua tangannya menggenggam sebagian tumpukan gaunnya yang tebal, mengangkatnya sedikit agar tidak terinjak kakinya. Gadis itu meresak ke sebuah taman rahasia. Sebuah dongeng dalam hidupnya terasa tidak nyata namun ini semua bukan fana. Langkahnya lamban, ketukannya sesuai dengan lagu yang ia nyanyikan. Tiap liriknya dia nyanyikan sambil berputar, menari, menatap sekeliling. Dari belakang, seorang pria dengan pakaian bangsawannya menatapnya lekat. Mengikuti tiap langkahnya namun dengan jarak. Senyumnya terlalu lebar, jantungnya berdegup kencang. Semakin dia mendekat ke arah si gadis, semakin kencang suara degup jantungnya. Tapi dia tetap melangkah, terus, mendekati si gadis. Si gadis masih berputar, menari, dan bernyany...

Sebuah Tanya

"Kalau aku punya luka, sebaiknya kubawa kemana luka ini?" Katanya luka itu bisa jadi pembelajaran. Jika lukanya banyak bisa diakumulasikan untuk pembentukan karaktermu di masa depan. Luka yang seperti apa? Dan bagaimana caranya? Sebuah tanya itu muncul dan melahirkan pertanyaan lainnya. Aku terdiam tak mampu menjawab. Lalu otakku mulai beranalogi lagi. Luka ini seperti lembaran data-data abstrak yang terus bermunculan di kepalaku. Menimbulkan masalah yang awalnya sepele namun lama-kelamaan mengganggu ritme kehidupanku. Kalau ada yang bertanya, "Siapa yang membuat luka itu?" Mungkin jawabannya hanya sebuah lipatan kecil di ujung bibirku. Karena penyebab luka ini tak lebih adalah diriku sendiri. Berbagai fantasi dan imajinasi yang entah itu sia-sia atau memang akan ada benarnya. Ilusi? Tidak juga. Beberapa kali sumber luka ini menunjukkan kekuatannya dengan hal yang tiba-tiba menjadi nyata. Kadang membuatku bergidik ngeri sendiri. Kembali ke Luka, pada akh...

Jejak Kerikil

Jadi.. entah dari mana aku harus memulai. Ketika beberapa minggu belakangan hari-hariku terus diisi dengan tangis dan kesedihan yang entah bersumber dari mana dan bagaimana. Ketika setiap hari dan waktu yang aku jalani terasa sangat berarti, sedihku berujung air mata dan begitu pula senangku. Senang yang berubah jadi air mata karena aku tak ingin kehilangan momen itu. Saat semua menjadi sangat cepat berlalu padahal aku ingin waktu melambat barang setengah detik saja. Agar bisa kunikmati lebih lekat, lebih dalam. Lebih dan lebih lebih lainnya yang aku inginkan. Tapi Tuhan tidak ingin begitu. Mungkin jika terjadi maka aku akan terlena. Terbuai dengan momenku tanpa mau melaju ke sesi kehidupan selanjutnya. Tuhan tahu mana yang paling indah buatku. Maka harapan konyol macam memperlambat waktu hanyalah omong kosong belaka. Aku hanya bisa merekamnya di dalam otak. Memutarnya ketika perlu namun tetap saja ada partikel kecil yang terlupa. Ada detail kecil yang terlewat karena terlalu bany...

Monolog Bianglala

" Orang-orang di luar sana bertanya Apakah aku tertiup angin? Mereka hanya bertanya kemudian berlalu Mengapa mereka bertanya kalau untuk dilupakan?"   -- Seventeen - Pinwheel -- Dia tidak berpindah hanya berputar.  Menunggu siapa saja yang akan datang.  Menaikinya lalu pergi lagi.  Mereka berdatangan dengan tawa.  Lalu pergi meninggalkan luka. Dia masih kokoh dan berputar.  Semua dibuat bahagia tapi tidak dirinya.  Kata orang, "Terkadang bahagianya hanya untuk melingkupi lukanya." Dia seperti itu. Diamnya sendiri. Sedihnya dirasa sendiri. Seorang gadis datang dengan penuh perhatian. Gadis itu merasa iba dengan sang bianglala. Dinaikinya wahana itu sendiri. Maka dimulailah monolog pribadinya bersama sang bianglala... "Apakah tubuhku berat? Bagaimana kamu bisa menahan beban orang-orang itu? Apakah angin jahat kepadamu? Apakah angin mendorongmu terlalu kuat? Atau justru angin yang membantumu membawa beban or...