Langsung ke konten utama

Hari Kesebelas: untuk si Pemilik Senyum paling Indah di Semesta ini

Dia.. si pemilik senyum terindah di semesta ini.
Berlebihan? Tentu tidak. Senyumnya benar-benar indah dan memikat. Entah sudah berapa kali aku jatuh cinta dengan senyum indahnya. Kalau mitologi mendeskripsikan malaikat sebagai hal yang indah, senyumnya bisa jadi salah satu rupa malaikat yang digambarkan. Aiiih. Aku bahkan mengetik ini sambil tersenyum sendiri.

Teruntuk si Pemilik Senyum paling indah di semesta ini.
Terima kasih sudah bertahan. Hari ini, sekali lagi, kamu memberikan energi dan semangat ke dalam hidupku yang masih abu-abu. Ceritamu layaknya sebuah cahaya, memberikan sedikit kejelasan kalau abu-abu ini hanya sementara. Akan seperti apakah warna hidupku ketika cahayanya sudah maksimal?

Entah sudah berapa kali kamu mampu memberikan inspirasi yang tak pernah diduga-duga. Padahal ceritamu mirip seperti orang kebanyakan. Kamu juga selalu bilang, "Jangan pernah berhenti bekerja keras." Tipikal tempat asalmu sekali. Tapi yang pasti, semua kerja keras akan membuahkan hasil. Dan kamu berhasil membuktikannya.

Hari ini untuk kesekian kalinya aku menangisi perjuanganmu. Seperti seorang ibu, aku merasa bangga. Sangat bangga. Kamu sudah berjalan sejauh ini, menghadapi semua dalam kesendirian maupun bersama orang-orang terdekatmu. "Si Pemilik Senyum paling indah kamu sudah bekerja sangat keras," ucapku dalam hati, masih sambil menangis. 

Kalau suatu hari di 2023 ini, Tuhan memberikanku kesempatan untuk bersua denganmu, tentu aku akan menyampaikan semua rasa terima kasihku, rasa banggaku, dan tentu saja rasa bahagiaku sejak dipertemukan denganmu. 

Terima kasih sudah tersenyum kala itu. 
Berkatnya aku jadi jatuh cinta padamu dan menemukan sebuah kekuatan baru di masa-masa suram itu. 
Terima kasih sudah tersenyum.
Karenanya aku jadi bisa merasakan kembali apa itu jatuh cinta.
Mari berjalan bersama lagi di tahun ini, tahun depan, dan tentu saja tahun tahun berikutnya.
Kamu dengan jalan berbungamu. Dan aku dengan jalan berbungaku.
Tetaplah tersenyum seperti dulu, tadi, sekarang, dan esok.
Senyum yang selalu memberikanku ketenangan dan kekuatan di saat yang bersamaan.
Senyum yang akan selalu jadi pengingat bahwa hal baik akan ada di masa depan.
Tuhan tidak tidur.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad