The Glory. Aku yakin banyak orang kenal dengan drama yang sedang trending satu di netflix itu. Bercerita soal balas dendam dari seorang korban bully kepada para pembullynya. Awalnya jalan cerita terlihat sederhana, tapi makin kesini jadi semakin kompleks. Meskipun begitu, drama ini sangat asik dinikmati karena durasi dan episode yang pendek. Sayangnya, 22 menit di episode pertamanya sukses membuatku menskip banyak adegan karena ada trauma yang sampai sekarang menggerogoti diri. Sepertinya cukup trigerring untuk korban bully di dunia nyata haha.
Entahlah. Mungkin aku yang terlalu berlebihan juga, aku merasa seperti terbully tapi orang-orang disekitarku tidak merasa demikian. Padahal kan yang terluka aku? Not that physically sih, tapi sakit hatinya masih terasa sampai sekarang. Aku rasa mereka berhasil merusakku secara mental meski tidak separah itu. Tapi cukup mengusik di saat-saat tertentu saja. Padahal mereka baik-baik saja sampai sekarang. Sukses. Tanpa hambatan. Tuhan terlalu baik.
Dikisahkan pula, bagaimana si korban ini harus berjuang mati-matian menjalani hidup ketika para pembully justru hidup nyaman dan damai. Mencapai kesuksesan mereka tanpa hambatan sama sekali. True. Mereka hidup damai dan mencapai kesuksesannya. Ketika aku masih terus bergelut dengan luka yang suka tiba-tiba muncul kala ada sesuatu yang memancing. Tapi aku diajarkan untuk tidak berprasangka buruk kepada Tuhan. Makanya aku jadi takut jika berkata buruk saat berdoa. Aku hanya berdoa agar diberikan hati yang lapang dan disembuhkan dari segala luka, bisa? Aku pun tak ada daya karena mereka tak sekejam dalam drama. Tapi cukup lah bikin trauma haha. Yah.. pada akhirnya aku sukses menyelesaikan drama sepanjang 8 episode itu tanpa terganggu lagi. Lebih tepatnya memang episode satu saja yang sangat mengganggu buatku. Sisanya aman dan sangat bagus untuk diikuti.
Aku jadi teringat sebuah kutipan, "Maaf memang sudah terucap tapi luka tidak akan hilang begitu saja." Sepertinya aku paham kalimat itu sekarang. Saat bertemu pun kami bisa saling bertukar senyum, tapi tetap saja ada luka yang tidak bisa hilang begitu saja. Inilah alasan setiap ada kegiatan SMP aku selalu menghindar. Kenangannya tidak baik untuk hatiku. Meskipun begitu, aku juga banyak berterima kasih. Kutipan lain berkata, "Aku yang sekarang adalah akumulasi dari aku di masa lalu." Tanpa jalan hidup yang seperti itu, tentu aku tidak akan sekuat sekarang. Jadi, terima kasih.
Drama hari ini benar-benar membuatku flash back ke banyak hal. Sempat merasa pesimis karena luka yng muncul menimbulkan rasa benci yang susah payah aku pendam. Tapi... terima kasih banyak untuk keyakinan yang kupegang, karena nama Tuhan membuatku bisa meluruskan hati lagi. Menyingkirkan rasa benci itu lagi dan kembali berdoa, "Tuhan.. semoga mereka bahagia. Jauhkan keluarga mereka kelak dari rasa sakit yang sama. Cukup aku yang merasakan sakitnya. Jangan ada orang lain lagi."
Aku yang lemah akan selamanya lemah. Balas dendam tetap tidak akan menghasilkan apapun, dan hidupku per hari ini juga masih abu-abu. Jadi, fokus saja ke diri sendiri. Persetan dengan orang lain, akan kuhadapi semuanya sambil Kpopan!!!!
Komentar
Posting Komentar