Seperti kembali menghitung ribuan bintang di langit. Lupa sudah berapa banyak bintang yang terhitung. Akhirnya kembali menghitung semua bintang itu dari awal. Masih sama seperti dulu, ketika mulut tak mampu berbicara, mata hanya mampu memandang, dan hati hanya terus berharap dalam diam. Ketika semua sudah terjadi dan terlanjur, mungkin tertawa hambar bisa jadi penghibur lara meski hanya sesaat.
Adakah kantung besar untuk menampung semua bintang-bintang yang sudah kuhitung? Agar aku tak perlu lelah untuk kembali menghitungnya dari awal ketika aku lupa. Karena dengan begitu, ketika ada orang bertanya, "Berapa banyak bintang yang sudah kau hitung?" Aku akan dengan yakin menjawab, "Sudah banyak." Karena kantung yang kukumpulkan juga sudah banyak, bahkan sangat banyak.
Terlalu banyak sudah bintang yang kuhitung. Entah sudah berapa banyak juga aku mengulang hitungan tersebut. Sekali lagi, aku hanya butuh kantung untuk bintang-bintangku. Mungkin jika memang ada kantung yang aku mau, kamarku sudah penuh dengan sekantung besar bintang yang pernah kuhitung. lalu akan kusebarkan semua bintang itu di langit depan rumahku. Membentuk sebuah milky way pribadi dengan ribuan bintang yang aku kumpulkan. Milky way tanpa batas yang dengan indah menghias langitku. Hingga aku terlena dan lupa dengan segalanya. Segala rasa dan asa yang tidak berguna. Segala rasa dan asa yang membuatku lupa dengan hitungan bintangku. Segala rasa dan asa yang membuatku harus kembali menghitung bintang-bintang di langit.
Mungkin akan kubentuk pula rasi-rasiku sendiri. Rasi bintang penunjuk jalanku. Agar aku tidak tersesat lagi. Tidak lagi kembali ke jalan yang sama berulang kali.
"Ketika kau temukan bintang yang tepat, mungkin kau tidak perlu lagi menghitung yang lainnya. Karena cukup dengan cahayanya, ia bisa menuntunmu kemanapun kau mau." -drs-
Komentar
Posting Komentar