Langsung ke konten utama

Asy Syarh si Penunjuk Jalan

Hola Hallo :) 
Akhirnya dapat kesempatan untuk nulis lagi nih. Setelah sekian puluh hari dan beberapa bulan vakum. Alhamdulillah setelah semua pembersihan dan pengeditan ulang, here is... The New ME. :)

"Sungguh, bersama kesukaran itu pasti ada kemudahan. Sungguh, bersama kesukaran itu pasti ada kemudahan." (Asy Syarh ayat 5-6)

Sepenggal kalimat yang diulang sebanyak dua kali. Sebuah tanda tanya yang terlintas di benakku, "Kenapa harus diulang?". Hingga suatu hari kalimat itu tepat menghujamku dengan rentetan peristiwanya.

Berada dalam keadaan yang bisa dibilang mudah saja untuk mendapatkan sesuatu, mungkin membuat hati ini lalai dari perintah-Nya. Mungkin juga karena terlalu sombong karena sudah yakin bahwa "Aku sudah beribadah dengan baik dan benar kok." Mungkin kesombongan itu yang menjadi bumerang bagi diriku sendiri.... kemarin.

Ketika perlahan aku perbaiki niatku, aku perbaiki lagi tingkahku. Pertanyaan baru muncul,"kenapa terlalu sulit?". Lalu seorang sahabat yang punya inisial Tatang kembali mengingatkanku dengan makna salah satu firman Allah tersebut. Seperti ditampar seorang preman pasar, aku kembali terbangun.

Setelah beberapa waktu berlalu, berita gembira menghampiriku secara bertubi-tubi. Bukan hanya sekali atau dua kali, tapi bertubi-tubi. Kenapa? Kembali firman Allah tersebut membuktikan keajaibannya. Allah kembali menunjukkan kebesaranNya. Masyaa Allah.... speechless.

Kubuka kembali Quran dan kulanjutkan ayat tersebut...
"Oleh karena itu, jika kamu telah selesai dari suatu tugas, kerjakan tugas lain dengan sungguh-sungguh." (Asy Syarh ayat 7).
Sebuah pembelajaran hidup yang epic telah aku dapatkan. Sekarang saatnya memulai semua dari awal lagi. Awal yang lebih baik menuju sebuah petualangan super menakjubkan. Lakukan dengan sungguh-sungguh, ikhlas, dan ingat Allah selalu.


"Kejaralah AKHIRATMU maka DUNIA akan mengikutimu!!!!!" :))

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad...

Balada Surat Cinta

" naemameulppaeseungeudae ..... " (Shinee-bodyguard) Suara alarm di ponselku berbunyi kencang. Kuambil ponsel dan kulihat, "Masih jam 5," batinku. Aku terduduk sambil mengumpulkan nyawa. Mataku masih seperempat terbuka. Pagi ini aku begitu lelah untuk bangun. Pasti ini imbas dari semalam -_-. Semalam aku lembur sampai jam 1 untuk mengerjakan tugas MOS. Mana tugasnya neko-neko pula. Dari yang suruh nyari makanan dengan inisial aneh sampai membuat surat cinta untuk kakak panitia. Mana harus kakak panitia lawan jenis, pakai bahasa Jawa pula. Oh.em.jong!! Rempong deh! Dari sekian tugas aku paling dodol kalau disuruh bikin surat-suratan. Baik itu surat pribadi, surat dinas, apalagi surat cinta. Aku stress berat. Hampir 1 jam aku cuma bolak-balik kertas HVS sambil mikir, "Nulis apa???" Hampir saja aku menyerah, kalau saja sahabatku (Uterr) tidak sms. Dia bertanya beberapa soal untuk tugas MOSnya. Karena aku sudah membantunya tak ada salahnya kalau aku j...

Percakapanku dengan Tuhan

Senin, 15 Desember 2014 19:20 Udara malam masuk melalui ventilasi jendela kamarku. Dingin ini membuatku terdiam. Masih dalam mukenaku, aku hanya duduk menghadap barat. Aku ragu untuk mulai berkata. Hanya saja ini penting untuk disampaikan, aku pun mulai membuka mulutku.... Aku : Ehhmm..... permisi. Maaf aku mengganggu lagi. Hanya saja, aku kembali menemui beberapa kebimbangan. Mungkin saja Engkau bisa membantuku meringankan. Cukup dengarkan, tak usah Kau jawab. Dia : . . . (sunyi) Aku : Entah mengapa perasaanku jadi kacau seperti ini. Bukankah seharusnya ketika seseorang memberi semangat kepadamu justru kita akan merasa bersemangat? Seharusnya kita lebih berusaha untuk melakukan suatu hal dengan sangat maksimal dari semangat mereka. Tapi aku aneh! Semangat-semangat mereka malah sedikit memberiku beban. Aku seperti harus benar-benar mewujudkan apa yang aku inginkan dari semangat itu. Aku mau... bahkan sangat mau mewujudkannya. Tetapi.... sah-sah sajakan aku memikirkan k...