Langsung ke konten utama

Derik Hati Lima Detik

Ketika mata ini kembali mentap ke belakang, ketika serpihan yang lalu kembali menusuk-nusuk keras. Hatiku gamang. Sakitnya muncul lagi. Baru saja aku tertawa lepas bersama mereka, kini senduku keluar. Menampik semua tawa barusan. Menyongsong sebuah kesedihan lama yang sudah terpendam.... Maaf Tuhan.

Aku... bukan aku tak mengikhlaskan semua. Aku sudah berusaha melupakan. Hanya saja, kenapa selalu muncul lagi? Sakitnya muncul lagi. Aku tak minta lebih ya Allah.... aku hanya mau membahagiakan kedua orangtuaku yang berusaha mati-matian untuk menyekolahkanku. Jujur aku kesal dan marah Ya Allah... bukan dengan Mu. Aku marah dengan diriku yang tak bisa melupakan pahitnya masa itu. Aku terus menyimpan dendam ini dalam diamku. Menguburnya dalam dengan harapan agar lama-kelamaan akan hilang dengan sendirinya. Tapi apa??? Pada akhirnya, satu kail mampu menarik mimpi buruk ini keluar lagi. 

Bukan....bukan.... bukan aku tak ikhlas. Aku hanya kesal dan marah. Pada mereka yang dengan mudahnya memiliki segala hal dalam hidupnya. Iya... aku iri. Aku akui aku sangat iri dengan mereka. Aku tahu ini perbuatan dosa besar... tapi aku hanya manusia biasa ya Allah. Aku juga bisa iri. Kini aku iri... bahkan sangat iri. Iri ini menronta liar di hatiku, di jari-jariku yang dengan emosional menekankan ujung-ujungnya pada laptop ini. 

Mereka... dari dulu hingga sekarang dengan mudahnya mendapatkan apa itu rejeki Tuhan. Dimudahkannya mereka dengan segala hal yang aku inginkan. Bahkan ketika aku sudah tak mengingat mereka, lalu tba-tiba mereka muncul dengan segudang kabar gembira mereka. Lagi.... dimudahkannya mereka dengan segala hal yang aku inginkan. Kapan??? Kapan setidaknya mereka merasakan sulitnya mendapatkan sesuatu? Kapan mereka merasakan perjuangan untuk mencapai suatu hal? Sebanyak itukah dosaku hingga mereka jauh-jauh lebih beruntung daripada aku? Maafkan aku ya Allah... maaf atas segala kelancanganku barusan. Ampuni aku Ya Allah.

Kenapa aku harus mengalami ini??? Aku tahu ini pertanyaan paling dosa yang pernah kucurahkan. Hanya saja ijinkan aku menumpahkan semuanya dalam tulisan ini. Setidaknya bukan langsung kucurahkan pada-Mu. Meski Kau Mahatahu. Ijinkan aku menumpahkan segala emosiku di sini... perkenankanlah Ya Allah.... dan ampunilah dosa-dosaku......Amiin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad...

Balada Surat Cinta

" naemameulppaeseungeudae ..... " (Shinee-bodyguard) Suara alarm di ponselku berbunyi kencang. Kuambil ponsel dan kulihat, "Masih jam 5," batinku. Aku terduduk sambil mengumpulkan nyawa. Mataku masih seperempat terbuka. Pagi ini aku begitu lelah untuk bangun. Pasti ini imbas dari semalam -_-. Semalam aku lembur sampai jam 1 untuk mengerjakan tugas MOS. Mana tugasnya neko-neko pula. Dari yang suruh nyari makanan dengan inisial aneh sampai membuat surat cinta untuk kakak panitia. Mana harus kakak panitia lawan jenis, pakai bahasa Jawa pula. Oh.em.jong!! Rempong deh! Dari sekian tugas aku paling dodol kalau disuruh bikin surat-suratan. Baik itu surat pribadi, surat dinas, apalagi surat cinta. Aku stress berat. Hampir 1 jam aku cuma bolak-balik kertas HVS sambil mikir, "Nulis apa???" Hampir saja aku menyerah, kalau saja sahabatku (Uterr) tidak sms. Dia bertanya beberapa soal untuk tugas MOSnya. Karena aku sudah membantunya tak ada salahnya kalau aku j...

Percakapanku dengan Tuhan

Senin, 15 Desember 2014 19:20 Udara malam masuk melalui ventilasi jendela kamarku. Dingin ini membuatku terdiam. Masih dalam mukenaku, aku hanya duduk menghadap barat. Aku ragu untuk mulai berkata. Hanya saja ini penting untuk disampaikan, aku pun mulai membuka mulutku.... Aku : Ehhmm..... permisi. Maaf aku mengganggu lagi. Hanya saja, aku kembali menemui beberapa kebimbangan. Mungkin saja Engkau bisa membantuku meringankan. Cukup dengarkan, tak usah Kau jawab. Dia : . . . (sunyi) Aku : Entah mengapa perasaanku jadi kacau seperti ini. Bukankah seharusnya ketika seseorang memberi semangat kepadamu justru kita akan merasa bersemangat? Seharusnya kita lebih berusaha untuk melakukan suatu hal dengan sangat maksimal dari semangat mereka. Tapi aku aneh! Semangat-semangat mereka malah sedikit memberiku beban. Aku seperti harus benar-benar mewujudkan apa yang aku inginkan dari semangat itu. Aku mau... bahkan sangat mau mewujudkannya. Tetapi.... sah-sah sajakan aku memikirkan k...