Langsung ke konten utama

Balada Surat Cinta

" naemameulppaeseungeudae....." (Shinee-bodyguard)

Suara alarm di ponselku berbunyi kencang. Kuambil ponsel dan kulihat, "Masih jam 5," batinku. Aku terduduk sambil mengumpulkan nyawa. Mataku masih seperempat terbuka. Pagi ini aku begitu lelah untuk bangun. Pasti ini imbas dari semalam -_-.

Semalam aku lembur sampai jam 1 untuk mengerjakan tugas MOS. Mana tugasnya neko-neko pula. Dari yang suruh nyari makanan dengan inisial aneh sampai membuat surat cinta untuk kakak panitia. Mana harus kakak panitia lawan jenis, pakai bahasa Jawa pula. Oh.em.jong!! Rempong deh! Dari sekian tugas aku paling dodol kalau disuruh bikin surat-suratan. Baik itu surat pribadi, surat dinas, apalagi surat cinta. Aku stress berat. Hampir 1 jam aku cuma bolak-balik kertas HVS sambil mikir, "Nulis apa???" Hampir saja aku menyerah, kalau saja sahabatku (Uterr) tidak sms. Dia bertanya beberapa soal untuk tugas MOSnya. Karena aku sudah membantunya tak ada salahnya kalau aku juga minta imbalankan ;). Akhirnya aku pinta Uterr untuk membuatkan surat cinta dengan bahasa Jawa. Dia tanya, untuk siapa surat itu nantinya. Aku katakan surat itu untuk kakak panitia. Dia tanya lagi, kayak gimana orangnya?. Aku jawab, tinggi,putih. Lalu tak sampai 10 menit, Uterr sudah menuliskan beberapa kalimat dengan bahasa Jawa yang sukses membuatku terjungkal dari kursi (lebay). Kutuliskan semua kalimat itu di kertas HVS yang sedari tadi kubolak-balik. Tak lupa pula ada beberapa kata yang aku ubah agar tidak keterlaluan.

Oh ya, kenapa kakak kelas yang aku pilih berciri tinggi dan putih? Itu karena saat briefing MOS, ada 1 kakak panitia yang jarang banget muncul di depan khalayak. Kerjaannya sebagai sie. Perkap. Otomatis kerjanya cuma ngurus mic, speaker, dll di belakang. Tapi begitu dia muncul, hampir semua mata tertuju padanya (weseh). Dia begitu mencolok, berbeda, dan spesial.

Setelah selesai menyalin surat, kumasukkan surat spesial itu ke amplop dan di bagian depan kutulis' "Untuk : Bagaskoro Bagus Sambodo (Sie.Perkap)" Akhirnya, selesai juga tugas-tugasku. Fuuuhhhh!

Kembali ke keadaanku yang masih mengumpulkan nyawa. Setelah sekiranya 7 nyawa terkumpul, aku bangkit dan melakukan aktifitas pagi hari seperti layaknya anak sekolah. Setelah selesai bersiap, aku menunggu ibuku yang tengah mengeluarkan motor. Perasaanku pagi itu tak menentu. Aku gelisah, takut, nervous, pokoknya campur aduk. Ada firasat-firasat aneh. "Apa yang akan terjadi nanti?" Selama perjalanan aku terus berpikir ngalor-ngidul untuk menghilangkan firasat buruk itu. Tapi tetap tak bisa menghilang :(.

Tiba di sekolah, semua terlihat asing. Perlahan aku mulai membiasakan diri. Lalu para murid baru dikumpulkan di aula. Kami di tempatkan mengitari aula sesuai dengan kelas masing-masing. Kelas XA berada di sisi timur dan bersebelahan langsung dengan markas panitia. Berhubung aku kelas XA, tempat dudukku di pinggir sendiri tak jauh dari markas panitia. Acara pun dimulai. Dari acara pembukaan sampai acara inti, semua berjalan baik-baik saja. Kemudian setelah istirahat ada acara hiburan. Di acara itu, permainan tebak-tebakan menjadi ajang bergengsi tiap kelas. Kami para murid baru dibuat tertawa lepas. Tapi aku tidak. Firasat buruk tadi pagi membuatku tak bisa berkutik. Iseng-iseng, aku melihat ke arah markas panitia. Mendadak tubuhku kaku. Aku tercekat. Kulihat Mas Bagus (Bagaskoro Bagus Sambodo) sedang melihat beberapa surat yang ditujukan untuknya. Lalu aku melihat amplopku yang sedang dibuka. Dia membaca suratku. Aku masih ingat dengan jelas kertas dan hiasan yang aku gambarkan. Tidak salah lagi, itu memang suratku. Setelah beberapa saat, dia tertawa. Dia memasukkan kembali suratku sambil terbahak. Wajahku panas, aku kipas-kipaskan tanganku. Tapi bukannya hilang, malah tambah panas. Itu karena Mas Bagus malah berdiri tepat di tiang penyangga atap aula yg berada segaris lurus di samping kananku. Aku tegang. Jarak kami tak sampai satu meter. Jantungku berrdebar, dadaku sesak. Hufffffttttt!!!!!

Tibalah saatnya acara penutupan pada MOS hari ini. Aku lega semua ini akan segera selesai. Namun kelegaan itu lenyap tatkala sang MC berkata, "Yak. Sebelumnya kita masih punya 1 acara lagi nih. Acara inti yang paling seru." Lalu sang MC mengacungkan tangan kanannya. "Di tangan saya ini ada 2 surat terbaik yang akan dibacakan. Punya siapa ya?" Mendadak aula hening. Debaran jantungku makin tak menentu. Aku takut. Sebelum si MC mengatakan surat siapa yang akan dibacakan, dalam otakku sudah terbesit pikiran 'pasti Dina Dwi Ratnasari'. Yap, seperti dejavu, si MC benar-benar menyebut namaku. "Surat pertama dari Dina Dwi Ratnasari, kelas XA. Untuk Bagaskoro Bagus Sambodo, sie.Perkap." sontak semua bertepuk tangan, adapula yang mengelus dada karena lolos dari maut Surat Cinta ini. Sedangkan aku? Aku hanya bisa tertunduk malu. Kemudian, "Kepada Bagaskoro Bagus Sambodo dari sie.Perkap diharap maju ke depan." Apa? Suratnya dibacain di depan orangnya? Astaganagabonarjaditiga!!!! Aku tambah shock. Kakiku kaku, tanganku gemetar. Tapi seperti masuk ke dalam pusaran air selokan, aku tidak bisa berlari dan pergi. Kuberanikan diri dan maju ke depan. Kutarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Huuuuuuuufffff. Kini aku dan Mas Bagus berhadapan. Surat diserahkan padaku. Its time to laugh! Let's do it now!


"Kanggo Mas Bagus

Kapisan aku ketemu karo kowe...

Atiku rasane cenat cenut piye ngono.

Lambemu sing tipis kaya klasa kanggo tahlilan.

Kulitmu sing putih uga marai aku kesengsem amarga putihe kaya mayit.

Awakmu sing dhuwur kaya pring sing akeh dedemite.

Aku tresna karo kowe Mas."


Setelah surat selesai kubacakan, semua penonton bersorak sorai. Riuh. Gegap gempita. Tahun baru aja kalah (pandangan lebay). Mukaku panas. Aku bingung, linglung. Aku cuma bisa menunduk dan diam. Lalu si Mc kembali mengambil alih. "Sekarang, gimana jawabannya mas Bagus?" Hah? Pake minta jawaban segala? Jelas ditolak lah. Mas Bagus menjawab, "Maaf dek. Aku gak bisa." Ha.ha.ha bagussss Mas. Namamu memang membuat hidupku hari ini sangat bagus. Aku malu 2 kali lipat. Pertama karena surat itu, kedua karena aku ditolak. Bagusss mas Bagus T.T

Ya wajar sih ditolak, kenal aja baru. Tapi kenapa harus jawabnya tanpa rasa berdosa gitu. Jawaban nggantung kek biar aku gak malu. Mau ditaruh di mana mukaku. Aku mau nangis. Tapi gak bisa :(.

Gak cukup sampai di situ aja. Saat aku kembali ke tempat duduk markas panitia dipenuhi oleh panitia yang lainnya. Acara ini memang ajang tontonan paling menarik saat MoS. Jadi, gak ada panitia yang kerja saat itu. Parahnya lagi, tempat dudukku ada di paling pinggir dan paling bisa diliat kakak panitia. Thanks God. Aku duduk sambil menunduk. Bukannya ketenangan yang kudapat. Tapi malah kesengsaraan yang berlanjut. Mas Bagus juga duduk diantara teman-temannya yang lain di markas panitia. Lalu terdengar teriakan, "Gus duduk di sana aja tu lo. Kasian adiknya di pinggir sendiri." Tawa membahana kembali terdengar. "Woo bagus jahat nolak adiknya. Nangis tu lo." "Bagus dhuwur kaya pring sing akeh dedemite." dan rentetan sindiran lainnya yang membuatku semakin malu. Mama mau pulang T.T

Hari-hari selanjutnya, pasca MOS. Lumayan banyak teman seangkatanku yang mengenalku karena tragedi surat cinta. Huahuahuahua malu berat. Mending dikenal karena prestasi daripada kayak gituan. Huahuahuahua. This is a nightmare!!!!!!!!

Huhuhuhuhuhuhuhuuhu T.T

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad