Langsung ke konten utama

Mengejar Mas-Mas

Hola!!! Lama gak posting nih!!!!! Beda ma Niken yg rajin banget......hiks
Aku harap kalian menikmati kisahku yg satu ini (terutama Niken yg setia baca blog ku), makasih ya!!!!!!

"Din, mau masuk ke SMA mana?" Untuk saat ini banyak banget orang nanyain aku kayak gitu. Awalnya aku rada bingung mau jawab. Dilema gimana gitu, tapi lama-lama aku jadi yakin akan pilihanku. "Aku mau ke SMA 1 ! TELADAN!!!" itu jawabanku kalo ditanya.

Untuk beberapa temen deketku, mereka pasti tau alasan utama ku pengen masuk kesana. Alasannya ada.....lah............jeng....jeng....jeng...... Aku mau nyusul DIA >.< . Karena alasan itulah temen-temenku bilang 'Mengejar Mas-Mas' . Yap, aku gak membantah sama sekali waktu mereka bilang kayak gitu. Aku malah cekikikan sendiri. Mas-mas..... hahahaha DIA yang sekarang di TELADAN itu, bener-bener bikin aku salting setengah mati. Buktinya aja waktu kejadian acara puncak Lustrum X di sekolah. WOW!!!!!! Aku bener-bener baru pertama kali ngerasa kayak gitu. Setelah upacara dan acara makan-makan, si Niken bagi-bagi oleh-oleh. Abis itu si Katya ngajak keluar mau ketemu kakaknya. Aku dan yg laen pun ikut keluar. Waktu di luar Katya tengak-tengok nyari kakaknya. Aku juga ikutan clingak-clinguk gak jelas. Tapi justru aku menemukan sesuatu yang jelas. DIA!! DIA lagi berdiri ama temennnya gak jauh dari kerumunan alumni angkatan 2009. Awalnya aku kira itu bukan DIA. Tapi waktu aku liat lagi, emang DIA. Mukanya masih kayak gitu, kacamataan juga. Aku langsung balik badan dan bilang ke temenku yang lain. "Dia ada disini!!! piiiiiip ada disini!!!!" "Mana??? Dimana???" mereka pada nanya gitu. Aku jawab dengan bingung, panik, deg deg-an dan yang jelas salting stadium 4, "Itu di belakang. Disana pokoknya!" "Oh itu...iya ho oh." mereka pada respon gitu. Aku yang mendadak tegang gak bisa ngapa-ngapain. Trus Fazza malah nyenggol-nyenggol sambil ngomong "Ciee salting...ihi salting !!" Niken ma Katya juga gitu, "Dina salting...dina salting !!!" Aku cuma mesam mesem ampe rasanya pengen tereak aseem. Gak lama Fazza langsung narik-narik lengen bajuku, "Din itu lo mau kesini. Kok malah madep belakang terus??" Akhirnya dengan panik aku jawab, "Aku gak bisa nahan salting zza. Aku gak mau." Sungguh bodoh. Kalo aja aku tau mencet idung adalah titik akupuntur untuk menahan perasaan terhadap orang lain, bakal aku lakuin hal itu biar bisa liat DIA dari deket. Akhirnya Niken ngajak ke kantin. Ya kita ikutin. Tapi di deket gerbang ada DIA. Sedangkan kalo mau ke kantin ya lewat situ. Temen-temenku dah pada lewat, aku juga akhirnya lewat. Dengan menunduk dalam dan menahan rasa deg deg-an yang begitu WOW. Aku pun sampai di kantin dengan selamat. Waktu pulang, aku, Fazza ma Uterr jalan bebarengan. Trus aku minta maap ma kelakuanku yang saltingnya kelewatan. Si Uter senyum sambil nanya, "Kamu deg deg-an tadi?" "Banget lah!" aku jawab gitu. "DIA first lovemu." dengan enteng Uterr bilang gitu. Aku yang masih gak nyangka cuma diem. Gitu ya??? DIA first love ku!!! Masa sih??? Ampe rumah pun aku masih bertanya-tanya. Tapi mungkin ada benernya juga. Sama orang yang aku suka waktu esde aja kalo ketemu lagi gak ampe kayak gini. May be yes? or May be no? Sampai sekarang, kadang aku masih iseng liat-liat isi FB nya DIA. Koprol aja aku bikin karena DIA juga bikin. Tapi apa DIA tau aku segini sukanya ama DIA? Apa DIA pernah ngerasa aku sering liatin DIA??? Gak tau lah. Semoga kisah 'Mengejar Mas-Mas' gak berhenti sampai disini......AMIN!!! ;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad