Langsung ke konten utama

Mengejar Mas-Mas : Penantian Tak Berarti

Hhh. . .sebuah penantian itu sangatlah melelahkan. Kita dituntut untuk menunggu tanpa ada jawaban yang pasti. Inilah kisahku di tanggal 16102010.

Pada hari sabtu 16 Oktober, perasaanku dari malem sebelumnya udah seneng banget. Aku bener-bener gak sabar buat nunggu nanti siang. Tapi di sabtu pagi aku dikesalkan oleh kemarahan kakak ku yg geje itu. Mendadak aku merasa kesal dan capek. Dalam sedetik, terbesit di otakku bahwa DIA gak bakal dateng. Buru-buru aku ilangin pikiran kayak gitu. Aku yakin DIA dateng!! ucapku menenangkan diri.

Pada pukul 14.30 aku tiba di sekolah lagi. Semuanya sudah bersiap memulai upacara pembukaan. Aku dan para panitia PMR yang lain juga bersiap. Untuk tugas di upacara pembuka aku dapet bagian jaga di dalem kelas. Ya udah deh. Setelah upacara pembuka berakhir, aku keluar. Aku clingak-clinguk kanan-kiri DIA gak ada. DIA belum dateng! pikirku. Hingga acara kedua lalu ketiga dan keempat pun berlanjut. Tapi DIA tak kunjung datang.

Aku udah hampir putus asa dan cemas. Hingga tiba, acara mental dan pikiranku beralih ke para korban pingsan dan pusing. Kurang lebih ada 50 korban yang gak kuat dan dilarikan ke dalam kelas. Jadinya, aku harus lari kesana kemari untuk bantuin korban. Belum lagi karna kelas yang gak cukup. Jadi aku kudu dorong-dorong meja biar tempatnya luas. Hingga azan magrib tiba, DIA tetep belum dateng.

Tepat pukul 19.00 ,aku udah pasrah. Dea ma Uterr juga cuma bisa bilang sabar aja. Dan sampai akhir acara pun DIA tetep gak dateng. Aku hanya bisa kecewa dan meratapi nasib.....kenapa kamu gak dateng?? Apa kamu pernah ngerasaain tersiksanya nunggu seseorang yang kita sayang tapi malah gak dateng???? Aku cuma mau ketemu kamu????

"Sedetik menunggumu disini, seperti seharian, berkali kulihat jam di tangan demi memburu waktu, tak kulihat tanda kehadiranmu yang semakin meyakiniku KAU TAK DATANG!! Hampa kesal dan amarah seluruhnya ada di benakku, sudahi seketika hati yang tak terbalas oleh cintamu...........Kuingin marah melampiaskan tapi kuhanyalah sendiri disini, ingin kutunjukkan pada siapa saja yang ada bahwa hatiku KECEWA..."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad