Langsung ke konten utama

Hari Ketiga: Surat yang Jauh

Cerita hari ketiga ini akan kupersembahkan untuk dua manusia yang berhasil menyelamatkan hidupku dua tahun belakangan.


Teruntuk laki-laki pertama dan kedua yang jauh di sana.

Hi. Terima kasih untuk segalanya. Semoga kalimat pendek berisi empat kata itu mampu mewakili semua perasaan dan rasa syukur karena Tuhan mempertemukan kita melalui layar kaca. Kata-kata indah tentu sudah sering kalian dengar dan baca. Sepertinya, surat tanpa tujuan ini tidak berguna kalau harus memberikan kata-kata indah yang sama. Toh, tidak terbaca juga hahaha.

Kalian tahu, semenjak aku menyukai kalian terlalu banyak emosi yang campur aduk. Dua tahun belakangan dunia seperti roller coaster buatku. Entah bagaimana aku bisa melaluinya hingga hari ini. Kala itu hariku buruk. Buruk sekali. Aku nyaris tidak bisa bergaul dengan siapapun di kelas magisterku. Aku lelah dan frustasi untuk bisa bertahan. Sampai tiba-tiba konten kalian yang berjudul NCT World 2.0 mengubah segalanya. Rasa frustasi dan ketakutanku selama kuliah berubah jadi tawa. Kondisiku yang tidak stabil bahkan sampai selalu bermimpi buruk tiap malam, mendadak sedikit lebih senyap. Tidurku masih sulit sih, tapi energi dan tawa yang kalian berikan berhasil membuat sebagian hariku jadi lebih baik.

Hari ini... kalian berhasil melakukan hal yang sama. Semalam ketika laki-laki kedua, akan kupanggil dia si lucu, memamerkan kisahnya di hariku yang suram, entah mengapa ada sedikit percikan semangat bahwa besok aku akan berwarna kembali. Lalu laki-laki si pemilik senyum terindah satu semesta juga datang dengan segala kerandomannya. Bagaimana bisa kalian memberikanku harapan saat manusia-manusia yang lebih nyata saja tidak bisa? Tuhan jahat ya haha. Mempertemukanku dengan dua manusia yang jauh dan tak bisa kugapai sama sekali.

Terima kasih sudah hidup.
Terima kasih sudah bertahan dan debut.
Terima kasih sudah hadir di hidup orang-orang sepertiku.
Terima kasih sudah memberi kekuatan kepada banyak orang.
Terima kasih sudah menjadi inspirasi.
Terima kasih. Untuk kesekian kalinya aku menulis terima kasih untuk kalian karena tidak ada kata lain yang lebih pantas selain itu.

Surat ini tentu akan menjadi surat terjauhku. Dikirim lewat jalur langit dan terus ke angkasa agar sampai ke Tuhan. Karena yang kuharapkan bukan bagaimana si lucu dan si pemilik senyum terindah bisa tahu surat ini, cukup aku dan Tuhan saja yang tahu. Lalu biarkan Tuhan membalas kebaikan mereka dengan segala hal baik di alam semesta ini. Aku hanya ingin mereka bahagia selamanya.

Teruntuk si lucu dan si pemilik senyum terindah... berbahagialah. May God always bless you forever. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Kedua Ratus Dua Puluh: Cinta?

 Sudah berapa ratus purnama aku tidak berkeluh kesah soal cinta di sini? Hahaha. Mengingat umur yang sudah tidak lagi muda membuatku canggung jika bicara soal cinta. Yah.. I am at late 20s and if I still speak about shallow love, people will laugh at me. It is not the right time aja rasanya. But around a month or less, may be, suddenly I think about him again. Who is him? He is not somebody that I have ever talked about him earlier. He definitely does not ever appear in my blog but I always talk about him in twitter. So some of you (if you still read my story here), may be will know who he is. Someone who I called as "Anak Pak Rete". Mungkin karena dia laki-laki terakhir yang berhasil menyentuh sisi lain hatiku, ketika aku sudah berusaha mati-matian untuk mengabaikan soal perasaan ke lawan jenis. Tapi perilakunya membuat pertahananku seketika runtuh dan hancur. Di saat yang sama, dia tiba-tiba menjauh. Entah karena aku yang sempat salah merespon chatnya, atau memang dia sadar

Paus Biru

"Kebanyakan paus berkomunikasi melalui " Nyanyian Paus " dengan frekuensi 10-39 Hz. Namun PAUS BIRU hanya mampu bernyanyi pada frekuensi 52 Hz. Hal ini menunjukkan bahwa tak akan ada paus lain yang bisa mendengar panggilan Si Paus Biru bahkan untuk mengetahui keberadaannya. Begitu pula Si Paus Biru, yang tak akan menyadari bahwa Ia sebenarnya tak SENDIRIAN ." Pernah merasa sepi di tengah keramaian? Merasa sunyi diantara hiruk pikuk? Merasa sendiri diantara orang-orang? Suatu saat aku berada dalam sebuah situasi, di mana aku harus kembali menyesuaikan diri karena itu bukan lingkungan asliku. Mencoba menyamai dengan segala usaha agar aku terlihat sama. Tertawa ketika lucu, menangis ketika sedih, dan mengekspresikan hal lain sesuai kodratnya. Namun pada akhirnya aku kembali tersadar,  aku hanya Si PAUS BIRU. Bernyanyi sendiri dalam frekuensiku. Mencoba memanggil paus lain yang tentu tak akan mendengar nyanyianku. Ketika bertemu hanya saling menatap dan me

Salahmu Sendiri

Rasanya seperti sudah terlalu lama berlari. Entah ini bisa disebut dengan berlari atau hanya jalan santai. But I tried. I tried a lot of things. But may be not that many juga sih. Banyak hal yang ujung-ujungnya diisi dengan sebuah ucapan, "salahmu sendiri sih". Mungkin aku tidak berlari sekuat yang lain, mungkin aku tidak berjuang sekeras yang lain, dan mungkin memang usahaku tidak pernah sebanding dengan yang lain. Jadi mengapa harus terus dibandingkan? Justru itu. Justru karena aku paham dengan konsep bahwa kesuksesan & kebahagiaan setiap manusia pasti selalu diliputi pengorbanan yang besar, membuatku terus menerus menekan diri sendiri. Merasa semua salah letaknya di diri ini. Tidak ada yang bisa dimaki kecuali diri sendiri. Dan perlahan semuanya terasa sesak. Untungnya masih ada beberapa tangan yang bisa diraih meski hanya sebentar. Lalu aku bisa kembali tersenyum barang sejenak dan melanjutkan hidup seperti biasanya. Dari semua perjalanan yang kualami, insecure menjad