"Kalau aku punya luka, sebaiknya kubawa kemana luka ini?" Katanya luka itu bisa jadi pembelajaran. Jika lukanya banyak bisa diakumulasikan untuk pembentukan karaktermu di masa depan. Luka yang seperti apa? Dan bagaimana caranya? Sebuah tanya itu muncul dan melahirkan pertanyaan lainnya. Aku terdiam tak mampu menjawab. Lalu otakku mulai beranalogi lagi. Luka ini seperti lembaran data-data abstrak yang terus bermunculan di kepalaku. Menimbulkan masalah yang awalnya sepele namun lama-kelamaan mengganggu ritme kehidupanku. Kalau ada yang bertanya, "Siapa yang membuat luka itu?" Mungkin jawabannya hanya sebuah lipatan kecil di ujung bibirku. Karena penyebab luka ini tak lebih adalah diriku sendiri. Berbagai fantasi dan imajinasi yang entah itu sia-sia atau memang akan ada benarnya. Ilusi? Tidak juga. Beberapa kali sumber luka ini menunjukkan kekuatannya dengan hal yang tiba-tiba menjadi nyata. Kadang membuatku bergidik ngeri sendiri. Kembali ke Luka, pada akh...